Friday, April 3, 2015

ES DAWET YANG TERBUAT
DARI IKAN LELE

      Ikan lele biasanya diolah menjadi pecak lele, sambal lele atau abon lele. Namun, seorang lulusan IPB membuat inovasi, dawet dari daging ikan lele. Berwarna hijau, disajikan dengan santan, gula merah dan es batu.

Fedwi Anggi Indrayani (24), lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) berhasil mewujudkan hasil olahan ikan lele. Bukan berupa lauk tetapi minuman dawet ayu khas Banjarnegara. Meski terbuat dari ikan, ia berani menjamin dawet buatannya tidak berbau amis.

"Siapa berani coba? Kalau amis saya beri gratis dan saya tambah uang Rp 100 ribu," kata Anggi kepada calon pelanggannya di Festival Jajan Pasar dan Batik di kampus UNNES, Semarang, Jumat (22/3/2013).

Ide membuat dawet dari bahan ikan diperoleh Anggi saat ia mengetahui angka konsumsi ikan di Indonesia yang masih rendah. Padahal protein yang terkandung dalam ikan sangat penting untuk kesehatan.

"Rata-rata orang Indonesia menkonsumsi ikan hanya sembilan kilogram per tahun. Kemudian saya melihat kepopuleran dawet ayu, maka saya coba mengolah ikan menjadi dawet," kata perempuan asal Desa Sered RT 03 RW 02, Kecamatan Madukara, Banjarnegara itu.

Wujud dan rasa dawet yang diberi nama Dawet Ayu Da'Lele itu tidak berbeda dari dawet ayu khas Banjarnegara pada umumnya. Cendolnya pun tetap berwarna hijau seperti dawet dengan tambahan daun pandan dan suji. Bahan utamanya memakai fillet ikan lele.

"Pertama untuk ikannya tidak langsung dipotong tapi dipukul kepalanya sampai mati. Lalu saat mengiris dagingnya atau membuat fillet. Harus dijaga pembuluh-pembuluh di perut jangan sampai pecah agar tidak amis," tandasnya

Kemudian daging fillet ikan lele dikukus, setelah itu dicampurkan dengan adonan tepung hunkwe, air daun pandan dan garam. Campuran tersebut kemudian dimasak sambil diaduk hingga menggumpal. Selanjutnya dicetak seperti membuat dawet biasa. Dawet ayu Da'Lele pun siap dihidangkan dengan campuran santan dan sirop gula merah.

"Komposisi adonannya, 30 persen daging ikan lele dan 60 persen bahan karbohidrat," terang Anggi.

Saat ini minuman unik hasil ciptaannya itu sudah dijual di sejumlah sekolah. Bahkan bulan Mei mendatang Dawet Ayu Da'Lele khas Banjarnegara akan menjadi salah satu kuliner yang mewakili Indonesia dalam festival makanan hasil olahan produk laut internasional di Bangkok.

Dibalik keberhasilannya itu ternyata Anggi sempat dicemooh oleh rekan-rekannya. Banyak yang ragu bahkan muntah saat mencoba dawet ciptaan Anggi saat pertama kali diuji coba tahun 2012 lalu. Ia pun harus berulang kali mengukur takaran yang pas hingga 40 kali percobaan.

"Wah, dulu dihina dan dicemooh. Awal komposisi dagingnya 50 persen, enggak diterima karena cendol terlalu besar. Lalu diturunkan 40 persen ternyata biaya pembuatan masih tinggi setelah 40 kali mencoba selama tiga bulan, didapatkan komposisi daging 30 persen," tutur perempuan yang saat ini mejadi dosen Politeknik Banjarnegara itu.

Harga yang diberikan Anggi untuk satu gelas Dawet Ayu Da'Lele hanya Rp 5.000. Dengan mengonsumsi dawet ini tidak hanya menghilangkan dahaga namun juga bisa mendapat manfaat daging ikan salah satunya membantu perkembangan kecerdasan otak anak."Produk perikanan mengandung asam amino essensial yang baik untuk otak dan tubuh," tandasnya.

Salah satu pelanggat Dawet Ayu Da'Lele, Levita mengatakan dawet buatan Anggi tidak berbeda dari dawet lainnya, namun ada sedikit perbedaan tekstur pada cendol yang membuat dawet tersebut lebih unik dari kuliner sejenisnya. "Teksturnya sedikit beda tapi tetap enak," kata Levita yang segera menyeruput Dawet Ayu Da'Lele.
EKONOMI YANG KREATIF 
&
POSITIF


             Definisi ekonomi kreatif hinggga saat ini masih belum dapat dirumuskan secara jelas. Kreatifitas, yang menjadi unsur vital dalam ekonomi kreatif sendiri masih sulit untuk dibedakan apakah sebagai proses atau karakter bawaan manusia. Departemen Perdagangan Republik Indonesia (2008) merumuskan ekonomi kreatif sebagai upaya pembangunan ekonomi secara berkelanjutan melalui kreativitas dengan iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan. Definisi yang lebih jelas disampaikan oleh UNDP (2008) yang merumuskan bahwa ekonomi kreatif merupakan bagian integratif dari pengetahuan yang bersifat inovatif, pemanfaatan teknologi secara kreatif, dan budaya. 

            Lingkup kegiatan dari ekonomi kreatif dapat mencakup banyak aspek. Departemen Perdagangan (2008) mengidentifikasi setidaknya 14 sektor yang termasuk dalam ekonomi kreatif, yaitu :
  1. Periklanan
  2. Arsitektur
  3. Pasar barang seni
  4. Kerajinan (handicraft)
  5. Desain
  6. Fashion
  7. Film, video, dan fotografi
  8. Permainan interaktif
  9. Musik
  10. Seni pertunjukan
  11. Penrbitan dan percetakan
  12. Layanan komputer dan piranti lunak
  13. Radio dan televisi
  14. Riset dan pengembangan
           Bila dilihat luasan cakupan ekonomi kreatif tersebut, sebagian besar merupakan sektor ekonomi yang tidak membutuhkan skala produksi dalam jumlah besar. Tidak seperti industri manufaktur yang berorientasi pada kuantitas produk, industri kreatif lebih bertumpu pada kualitas sumber daya manusia. Industri kreatif justru lebih banyak muncul dari kelompok industri kecil menengah. Sebagai contoh, adalah industri kreatif berupa distro yang sengaja memproduksi desain produk dalam jumlah kecil. Hal tersebut lebih memunculkan kesan eksklusifitas bagi konsumen sehingga produk distro menjadi layak untuk dibeli dan bahkan dikoleksi. Hal yang sama juga berlaku untuk produk garmen kreatif lainnya, seperti Dagadu dari Jogja atau Joger dari Bali. Kedua industri kreatif tersebut tidak berproduksi dalam jumlah besar namun ekslusifitas dan kerativitas desain produknya digemari konsumen.

           Walaupun tidak menghasilkan produk dalam jumlah banyak, industri kreatif mampu memberikan kontribusi positif yang cukup signifikan terhadap perekonomian nasional. Depertemen Perdagangan (2008) mencatat bahwa kontribusi industri kreatif terhadap PDB di tahun 2002 hingga 2006 rata-rata mencapai 6,3% atau setara dengan 152,5 trilyun jika dirupiahkan. Industri kreatif juga sanggup menyerap tenaga kerja hingga 5,4 juta dengan tingkat partisipasi 5,8%. Dari segi ekspor, industri kreatif telah membukukan total ekspor 10,6% antara tahun 2002 hingga 2006.




          Merujuk pada angka-angka tersebut di atas, ekonomi kreatif sangat potensial dan penting untuk dikembangkan di Indonesia. Dr. Mari Elka Pangestu dalam Konvensi Pengembangan Ekonomi Kreatif 2009-2015 menyebutkan beberapa alasan mengapa industri kreatif perlu dikembangkan di Indonesia, antara lain :

1. Memberikan kontibusi ekonomi yang signifikan
2. Menciptakan iklimbisnis yang positif
3. Membangun citra dan identitas bangsa
4. Berbasis kepada sumber daya yang terbarukan
5. Menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa
6. Memberikan dampak sosial yang positif


           Salah satu alasan dari pengembangan industri kreatif adalah adanya dampak positif yang akan berpengaruh pada kehidupan sosial, iklim bisnis, peningkatan ekonomi, dan juga berdampak para citra suatu kawasan tersebut.
Dalam konteks pengembangan ekonomi kreatif pada kota-kota di Indonesia, industri kreatif lebih berpotensi untuk berkembang pada kota-kota besar atau kota-kota yang telah “dikenal”. Hal ini terkait dengan ketersediaan sumber daya manusia yang handal dan juga tersedianya jaringan pemasaran yang lebih baik dibanding kota-kota kecil. Namun demikian, hal itu tidak menutup kemungkinan kota-kota kecil di Indonesia untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Bagi kota-kota kecil, strategi pengembangan ekonomi kreatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan landmark kota atau kegiatan sosial seperti festival sebagai venue untuk mengenalkan produk khas daerah (Susan, 2004). Salah satu contoh yang cukup berhasil menerapkan strategi ini adalah Jember dengan Jember Fashion Carnival. Festival yang digelar satu tahun sekali tersebut mampu menarik sejumlah turis untuk berkunjung dan melihat potensi industri kreatif yang ada di Jember.


               Bertolak dari kasus Jember dengan Jember Fashion Carnival, sejatinya sejumlah kota di Indonesia berpotensi untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Indonesia dikenal sebagai negara dengan banyak suku bangsa dan budaya. Sebuah kota dapat merepresentasikan budayanya melalui cara-cara yang unik, inovatif, dan kreatif. Pada gilirannya, pengembangan ekonomi kreatif tersebut juga akan berdampak pada perbaikan lingkungan kota, baik secara estetis ataupun kualitas lingkungan.




KESIMPULAN

Kesimpulah dari hasil penjelasan di atas adalah bahwa realitas dan fenomena ekonomi kreatif sebenarnya bukanlah hal yang baru bagi Indonesia yang telah terbukti memiliki aset kreativitas sejak dulu. Indonesia tidak kekurangan modal kreatifitas hanya kekurangan kemampuan mengintegrasikannya. Untuk itu langkah-langkah yang dibutuhkan adalah: Mengenali apa yang kita miliki (jati diri bangsa dan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia) dan menyusun langkah-langkah konstruktif sebagai berikut :
Menyusun Cetak Biru Ekonomi Kreatif Indonesia yang melibatkan seluruh Stake Holder.
Mengajukan usulan kebijakan Ekonomi Kreatif yang konprehensif.
Menggiatkan inisiatif, baik swasta maupun Pemerintah untuk menciptakan tempat-tempat pengembangan talenta industri kreatif didaerah-daerah.
Menciptakan produk & jasa yang kreatif dan berbasis budaya berdasarkan prioritasnya, misalnya :
  1. Pariwisata
  2. Kerajinan
  3. Gaya Hidup (spa, herbal, kulinari)
  4. Furniture, dll
  5. Menciptakan pasar berbasis budaya didalam negeri karena selama ini selalu menjadi target pasar dari negara lain.
  6. Menumbuhkan semangat invovasi dan kreativitas didalam dunia pendidikan agar generasi muda mampu melahirkan gagasan baru berdasarkan apa yang sudah dimiliki sejak dulu.
  7. Transfer teknologi yang konsisten terhadap industri kreatif berwawasan budaya seperti disebut diatas.
  8. Meningkatkan pendapatan devisa berbasis kreatif atas sektor-sektor tersebut diatas.
  9. Promosi Potensi Indonesia.
  • Alam
  • Warisan Budaya (herritage)
  • Budaya
  10. Sosialisasi, diseminasi dan promosi secara sistimatis tentang kekuatan Indonesia                 dibidang Industri kreatif agar diperhitungkan di Peta kompetensi Dunia.


REFERENSI : 




http://arifh.blogdetik.com/ekonomi-kreatif/alasan-ekonomi-kreatif/

http://www.madani-ri.com/2008/11/06/harapan-itu-bernama-industri-ekonomi-kreatif/

http://ririsatria40.wordpress.com/2012/04/30/ekonomi-kreatif/

http://kem.ami.or.id/2011/09/ekonomi-kreatif-harus-memberikan-dampak-yang-positif/